Aulia Dwi Hapsari (04) - Mengatasi Kesenjangan Digital dalam Pendidikan dan Tantangan Kesenjangan Sosial di Era AI
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah mengalami kemajuan pesat, membawa manfaat signifikan bagi kehidupan manusia. Berbagai inovasi telah mempermudah aktivitas sehari-hari, membuatnya lebih efektif dan efisien. Namun, meskipun teknologi semakin canggih, ketidaksetaraan dalam akses terhadap teknologi masih menjadi tantangan besar di berbagai negara, termasuk Indonesia. Salah satu bentuk ketimpangan yang muncul adalah kesenjangan digital, khususnya dalam pendidikan, yang mempengaruhi aksesibilitas dan kualitas pendidikan di berbagai daerah.
Apa Itu Kesenjangan Digital?
Kesenjangan digital adalah perbedaan kemampuan individu atau kelompok dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Menurut laporan The National Telecommunication and Information Administration (NTIA) di Amerika Serikat, kesenjangan digital bukan hanya soal infrastruktur yang tidak memadai, tetapi juga mencakup perbedaan dalam penggunaan dan akses terhadap internet. Di Indonesia, permasalahan ini semakin tampak jelas ketika pandemi COVID-19 memaksa beralihnya sistem pendidikan ke pembelajaran daring. Siswa yang tidak memiliki akses internet atau perangkat teknologi yang memadai kehilangan kesempatan untuk mengikuti pembelajaran secara optimal.
Faktor Penyebab Kesenjangan Digital dalam Pendidikan
Infrastruktur Tidak Merata
Sebagian besar daerah pedesaan di Indonesia masih mengalami keterbatasan akses internet akibat minimnya pembangunan infrastruktur. Dengan kondisi geografis yang beragam dan terdiri dari ribuan pulau, pemerataan pembangunan infrastruktur menjadi tantangan tersendiri.
Kondisi Ekonomi
Ketimpangan ekonomi juga memperburuk kesenjangan digital. Masyarakat dengan pendapatan rendah sulit membeli perangkat teknologi dan membayar biaya langganan internet. Hal ini membuat mereka tertinggal dibandingkan dengan masyarakat yang lebih mampu secara finansial.
Literasi Digital
Kesenjangan ini juga disebabkan oleh rendahnya literasi digital di banyak daerah pedesaan. Banyak individu yang tidak memiliki keterampilan atau pengetahuan tentang cara menggunakan perangkat dan teknologi internet, sehingga membatasi pemanfaatan teknologi untuk keperluan pendidikan.
Dampak Kesenjangan Digital pada Pendidikan
Dampak dari kesenjangan digital sangat signifikan, khususnya di sektor pendidikan. Siswa yang tinggal di daerah dengan akses internet terbatas menghadapi kesulitan dalam mengakses materi pembelajaran daring, menyebabkan ketertinggalan dibandingkan dengan siswa di daerah yang lebih maju. Selain itu, perbedaan kualitas pendidikan antara sekolah-sekolah di perkotaan dan pedesaan semakin memperlebar jurang ketimpangan. Sekolah-sekolah di perkotaan dapat memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan pembelajaran, sementara sekolah di pedesaan kesulitan mengakses fasilitas yang sama.
Upaya Mengatasi Kesenjangan Digital
Mengatasi kesenjangan digital memerlukan upaya bersama dari berbagai pihak. Pemerintah perlu meningkatkan investasi dalam pembangunan infrastruktur TIK, terutama di daerah terpencil. Program seperti Palapa Ring, yang bertujuan menghubungkan seluruh wilayah Indonesia dengan jaringan fiber optic, harus diperluas. Selain itu, pemberian subsidi untuk pembelian perangkat teknologi dan biaya internet bagi masyarakat kurang mampu sangat diperlukan. Pelatihan literasi digital juga harus diperluas agar masyarakat memiliki keterampilan dalam memanfaatkan teknologi dengan optimal.
AI dan Kesenjangan Sosial: Tantangan Baru dalam Era Digital
Selain isu kesenjangan digital, perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) juga menimbulkan kekhawatiran terkait kesenjangan sosial. Teknologi AI memberikan potensi luar biasa dalam meningkatkan efisiensi, otomatisasi, dan akses terhadap data. Namun, teknologi ini juga berisiko memperburuk kesenjangan sosial jika tidak dikelola dengan baik.
Bagaimana AI Dapat Memperburuk Kesenjangan Sosial?
Akses Terbatas terhadap Teknologi AI
AI membutuhkan infrastruktur teknologi yang kuat dan sumber daya finansial yang besar. Hanya segelintir perusahaan besar atau negara maju yang mampu mengembangkan dan memanfaatkan AI secara maksimal. Hal ini berpotensi memperlebar kesenjangan antara kelompok yang memiliki akses terhadap teknologi canggih dengan yang tidak.
Ketimpangan dalam Lapangan Kerja
AI dapat menggantikan pekerjaan manusia di berbagai sektor, terutama pekerjaan yang bersifat repetitif. Masyarakat dengan keterampilan rendah dan terbatas pada sektor pekerjaan manual berisiko kehilangan pekerjaan, sementara mereka yang memiliki keterampilan tinggi di bidang teknologi semakin dibutuhkan.
Bias dalam Algoritma AI
Teknologi AI, seperti algoritma pemrosesan data dan pengambilan keputusan, dapat memperkuat ketimpangan jika data yang digunakan mencerminkan bias sosial. Ketimpangan ini akan terus berlangsung jika AI tidak dirancang secara inklusif.
Solusi Menghadapi Tantangan AI dalam Kesenjangan Sosial
Untuk mencegah ketimpangan yang disebabkan oleh AI, pemerintah, perusahaan teknologi, dan masyarakat perlu bekerja sama dalam membangun ekosistem AI yang inklusif. Pendidikan dan pelatihan di bidang teknologi AI harus diperluas agar semua lapisan masyarakat memiliki kesempatan untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi ini. Pengembangan kebijakan etika AI yang berfokus pada keadilan dan inklusivitas juga penting untuk mencegah bias dan diskriminasi dalam penerapan AI.
Berdasarkan sumber https://www.kompasiana.com/triariqoh1/668170cc34777c3cfc2c56b2/kesenjangan-digital-pendidikan-di-indonesia-mengatasi-ketidakmerataan-pendidikan-di-indonesia
Kesenjangan digital dan tantangan AI dalam kesenjangan sosial adalah isu yang memerlukan perhatian serius. Kesenjangan dalam akses teknologi berdampak besar pada pendidikan dan lapangan kerja, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Mengatasi tantangan ini membutuhkan kerja sama lintas sektor dalam membangun infrastruktur, meningkatkan literasi digital, dan memastikan teknologi AI digunakan untuk kebaikan bersama. Dengan upaya ini, teknologi dapat menjadi alat yang memberdayakan, bukan memecah belah masyarakat.
Komentar
Posting Komentar